tag:blogger.com,1999:blog-63131050234933185332024-03-09T07:07:45.921+07:00Nashoihul 'ibad[ nasihat-nasihat bagi para hamba ]Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01272458515361123558noreply@blogger.comBlogger34125tag:blogger.com,1999:blog-6313105023493318533.post-49615184855855442362013-01-21T09:55:00.000+07:002013-01-21T09:55:18.748+07:00[3] 1.Larangan Berkeluh Kesah, Susah Duniawi, dan Merendah terhadap Orang Kaya<br />
Sebagaimana sabda Nabi saw. berikut ini :<br />
<br />
<i>"Barangsiapa yang di pagi hari <b>mengadukan</b> <b>kesulitan</b> <b>hidupnya</b> (kepada orang lain), maka berarti ia telah <b>mengadukan Tuhannya</b>. Dan barangsiapa yang di pagi hari sudah <b>merasa susah</b> dengan urusan <b>duniawinya</b>, maka ia <b>telah membenci Allah</b> pada saat itu juga. Dan barangsiapa yang <b>merendahkan dirinya</b> di hadapan <b>orang kaya</b> lantaran melihat <b>hartanya</b>, maka telah <b>hilang dua pertiga agamanya</b> (dari dirinya)."</i><br />
<br />
Segala pengaduan itu memang hanya layak disampaikan kepada Allah swt. karena dengan mengeluh kepada Allah, berarti kita telah berdoa kepada-Nya. Sedang mengadu kepada sesama manusia itu menunjukkan ketidakrelaannya terhadap apa yang telah ditentukan Allah.Sebagaimana yang telah diterangkan dalam sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud sebagai berikut :<br />
<i><br /></i>
<i>"Bukankah aku belum mengajarkan kepada kalian <b>kalimat</b> yang (pernah) <b>diucapkan oleh Nabi Musa</b> as. ketika <b>menyebrangi lautan</b> <b>bersama Bani Isra'il</b>?" Maka kami menjawab, "Begitulah wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Ucapkanlah <b>"Allahahumma lakal hamdu wa ilaikal musytakaa wa antalmusta'an wala haula wala quwwata illa billahil 'aliyyil 'azhiim"</b>. (Ya Allah, hanya bagimu segala puji, hanya kepada-Mulah tempat mengadu. Engkau tempat meminta pertolongan, dan tiada daya upaya dan kekuatan melainkan hanya dengan pertolongan Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung."</i><br />
<br />
Al A'masy berkata, "Setelah aku menerima kalimat-kamlimat itu dari Saqiq Al Asadi yang berkebangsaan Kufah, yang ia juga memperolehnya dari Abdullah ra maka akupun tidak pernah meninggalkannya lagi."<br />
<br />
Kemudian ia berkata,<i> </i>"Dalam mimpiku aku melihat seseorang yang datang kepadaku, seraya berkata, "Wahai Sulaiman, tambahlah kalimat-kalimat itu dengan bacaan :<br />
<i><b>wa nasta'inuka 'ala fasadin fiina wa nas-aluka sholaha amrina kullih</b> (.. dan kami mohon pertolongan kepada-Mu atas kehancuran yang telah menimpa kami, dan kami mohon kepada-Mu kebaikan segala urusan kami)."</i><br />
<br />
Dan barangsiapa yang <b>merasa sedih</b> lantaran <b>memikirkan </b>urusan-urusan <b>duniawinya, </b>maka <b>berarti ia telah marah kepada Allah</b>, karena tidak rela dengan qadha yang telah ditentukan oleh Allah, tidak sabar terhadap ujian-Nya dan tidak beriman kepada Qadar-Nya. Karena apapun yang terjadi di dunia ini adalah berdasarkan qadha dan qadarnya Allah.<br />
<br />
Dan barangsiapa yang merendahkan dirinya di hadapan orang yang kaya lantaran melihat kekayaannya, maka sesungguhnya ia telah kehilangan dua pertiga agamanya.<br />
Islam hanya membolehkan seseorang memuliakan orang lain karena kebaikan dan ilmunya (tidak karena kekayaannya). Oleh sebab itu, barangsiapa yang lebih mengagungkan harta bendanya daripada yang lainnya, maka berarti ia telah meremehkan ilmu dan kebaikan.<br />
<br />
Sayid Syaikh Abdul Qadir Jailani -Qaddasa Sirrahu- pernah mengatakan, "<b>Perbuatan</b> orang yang <b>beriman</b> itu harus berdasar pada <b>tiga perkara</b>, yaitu <b>mengerjakan segala yang telah diperintahkan Allah, menjauhi larangan-larangan-Nya, dan rela terhadap qadar yang telah ditentukan baginya.</b> Seandainya tidak dapat melaksanakan seluruhnya, paling tidak setiap orang yang beriman itu harus memiliki (dapat mengerjakan) salah satunya. Karenanya setiap orang yang beriman itu wajib memperhatikan hatinya dan seluruh anggota tubuhnya agar dapat mengerjakan ketiga perkara tersebut."<br />
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01272458515361123558noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6313105023493318533.post-74472664012059887452013-01-18T16:51:00.000+07:002013-01-18T16:51:49.489+07:00[2] 30. Nikmatnya Dekat Kepada Allah dan Pahitnya Jauh Dari-Nya<br />
Asy Syibli pernah berkata sebagai berikut :<br />
<br />
<i>"Apabila kamu telah <b>merasakan nikmatnya dekat kepada Allah</b>, niscaya kamu tahu <b>bagaimana rasanya jika jauh dari-Nya</b>."</i><br />
<br />
Maksudnya, jika seandainya kita telah merasakan betapa nikmatnya dekat kepada Allah SWT, tentu kita bisa membayangkan bagaimana pahitnya jika kita harus berpisah dengan Allah SWT. Memang, menurut orang yang sudah merasakan betapa nikmatnya dekat kepada Allah, bahwa jauh dari Allah itu adalah merupakan siksaan yang paling berat.<br />
<br />
Karenanya Rasulullah saw senantiasa memanjatkan doa :<br />
<i><b>"Ya Allah, anugrahkanla kepada kami kelezatan memandang wajah-Mu Yang Maha Mulia dan kenikmatan rasa rindu berjumpa dengan-Mu."</b></i><br />
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01272458515361123558noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6313105023493318533.post-57131861509593552742013-01-15T08:56:00.004+07:002013-01-15T08:56:39.284+07:00[2] 29. Cinta Kepada Allah Melebihi Cintanya Kepada Dirinya Sendiri<br />
Sebagaimana yang telah dikatakan oleh Asy syibli :<br />
<br />
<i>"Apabila kamu <b>ingin lebih cinta kepada Allah</b>, maka <b>kalahkanlah rasa cintamu</b> <b>terhadap dirimu sendiri</b>."</i><br />
<br />
Pernyataan diatas memiliki maksud, bahwa jika hati sudah terpaut kepada Allah dan tidak mau berpisah dari-Nya, maka kamu harus mengalahkan rasa cintamu kepada dirimu sendiri.<br />
<br />
Setelah Asy Syibli wafat, (dalam sebuah cerita diterangkan) bahwa pernah dalam suatu impian ia ditanyai tentang keadaan dirinya. Maka beliaupun menjelaskan,<i> "Allah bertanya kepadaku dengan firman-Nya, <b>"Wahai Abu Bakar, Mengapa Aku mau mengampunimu?"</b></i><br />
<br />
Jawabku,<i> "Karena dengan amal shalehku."</i><br />
<br />
Allah berfirman lagi,<i> "Tidak."</i><br />
<br />
Jawabku pula, <i>"Karena keikhlasan ibadahku."</i><br />
<br />
Allah berfirman lagi, <i>"Tidak juga."</i><br />
<br />
Maka aku menjawab, <i>"Karena haji, puasa dan shalatku."</i><br />
<br />
Allah berfirman pula, <i>"Juga tidak."</i><br />
<br />
Lalu aku menjawab, <i>"Karena kepergianku untuk menuntut ilmu kepada orang-orang yang shaleh."</i><br />
<br />
Allah pun tetap berfirman, <i>"Tidak."</i><br />
<br />
Maka ganti aku yang bertanya, <i>"Wahai Tuhanku, lalu dengan apa Engkau mengampuni semuanya itu?"</i><br />
<br />
Maka Allah berfirman, <i>"Ingatkah kamu, ketika berjalan melewati Baghdad, lalu kamu melihat seekor kucing yang sedang kedinginan, kemudian kamu mengambilnya dan menyelamatkannya di dalam jubahmu itu?"</i><br />
<br />
Maka jawabku, <i>"Ya, aku ingat."</i><br />
<br />
Lalu Allah berfirman lagi, <i><b>"Karena kasih sayangmu terhadap kucing itulah, sehingga menyebabkan Aku juga menaruh belas kasihan kepadamu."</b></i><br />
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01272458515361123558noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6313105023493318533.post-18050182080016688372013-01-02T09:07:00.002+07:002013-01-02T09:07:34.968+07:00[2] 28. Berdoa dan Memohon Ampun<br />
Sebagaimana yang dipanjatkan oleh Abu Bakar Asy Syibli ra. dalam sebuah doanya berikut ini :<br />
<br />
<i>"Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku suka mengadukan segala kebaikanku bersama kesengsaraan dan kelemahanku, maka bagaimana Engkau tidak suka menganugerahkan kepadaku segala kelemahanku bersama kemahakayaan-Mu untuk tidak menyiksaku."</i><br />
<br />
Kesengsaraan disini diartikan kebutuhan untuk mendapatkan kebaikan dan dengan kelemahannya itu dimaksudkan untuk memperbanyak amal ibadah. Sedang permohonan untuk tidak disiksa, itu karena Allah tidak akan rugi lantaran perbuatan jahat manusia begitu juga tidak akan merasa untung dengan kebaikan manusia itu.<br />
<br />
<b>Abu Bakar Daif Ibnu Jahdar Asy Syibli</b> adalah termasuk salah satu tokoh makrifat kepada Allah swt. Beliau dilahirkan di Baghdad dan bermazhab Maliki, dan beliau hidup selama 87 tahun. Semasa mudanya beliau sering bersilaturahim kepada Al Junaidi dan kepada tokoh-tokoh lain yang semasa dengannya. Beliau wafat pada tahun 334 H dan dimakamkan di Baghdad.<br />
<br />
Beliau pernah diberi ijazah oleh salah seorang yang mulia untuk senantiasa membaca tiga bait Bahar Wafir setiap selesai shalat Jum'at sebanyak tujuh kali, yaitu sebagai berikut :<br />
<br />
<i>"Wahai Tuhanku, aku bukanlah termasuk ahli (surga) Firdaus, </i><br />
<i>Namun aku tidak sanggup menahan (siksa) neraka Jahim. </i><br />
<i>Maka terimalah taubatku dan ampunilah segala dosa perbuatanku. </i><br />
<i>Karena sesungghunya Engkau Yang Maha Pengampun dosa yang besar. </i><br />
<i>Perlakukanlah daku dengan perlakuan orang-orang yang mulia, </i><br />
<i>Dan tetapkanlah diriku di jalan yang lurus."</i><br />
<br />
<b>Kisah Tentang Keutamaan Asy Syibli</b><br />
<br />
Asy Syibli datang kepada Ibnu Mujahid. Maka Ibnu Mujahid merangkulnya seraya mencium kening diatara kedua matanya. Lalu Asy Syibli bertanya kepada Ibnu Mujahid, <i>"Mengapa engkau lakukan hal itu kepadaku?"</i><br />
Beliau menjawab, <i>"Karena aku pernah bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad saw, lalu berliau menghampirimu dan mencium kening diantara kedua matamu."</i><br />
Maka aku bertanya kepada beliau, <i>"Wahai Rasulullah, mengapa baginda melakukan hal itu kepada Asy Syibli?"</i><br />
Lali beliau menjawab, <i>"Aku melakukan itu semua karena ia selalu membaca ayat Laqod jaa akum ... (128-129 surat At Taubah) pada setiap selesai mengerjakan shalat fardhu.</i><br />
<i>Kemudian dilanjutkan dengan membaca : "Shollallahu 'alaika ya muhammad". </i>Artinya : semoga shalawat Allah tetap atasmu, wahai muhammad.<br />
<br />
Setelah itu Ibnu Mujahid menyatakan, <i>"Setelah aku bertanya kepada Asy Syibli tentang bacaan setelah shalat fardhu, itu ternyata dijawab oleh Asy Syibli sebagaimana yang terdapat dalam mimpinya tersebut di atas."</i><br />
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01272458515361123558noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6313105023493318533.post-72627416573134755892012-12-14T01:28:00.000+07:002012-12-14T01:28:02.831+07:00[2] 27. Dunia dan Sakaratul Maut<br />
Sebagaimana yang diisyaratkan oleh seorang penyair di dalam syairnya berikut ini :<br />
<br />
<i>"Wahai, orang yang hanya disibukkan urusan dunia! Sungguh engkau telah <b>tertipu </b>oleh <b>angan-anganmu yang panjang.</b></i><br />
<i><b>Mengapa selalu lupa?</b></i><br />
<i>Hingga <b>sakaratul maut </b>datang menjemputmu.</i><br />
<i>Sakaratul maut itu akan datang kepadamu secara <b>tiba-tiba </b>dan kubur itu adalah peti mati dari segala amal.</i><br />
<i>Bersabarlah terhadap semua yang menakutkan yang ada di dunia.</i><br />
<i>Tiada kematian, melainkan sakaratul maut telah menjemput."</i><br />
<br />
Sebagaimana sabda Nabi Muhammas saw. yang diriwayatkan oleh Ad Dailami berikut ini :<br />
<br />
<i>"Meninggalkan dunia itu lebih pahit daripada jadam dan lebih pedih daripada goresan pedang di medan pertempuran, dan tiada sesuatupun bagi yang mau meninggalkannya, kecuali Allah menganugerahkan kepadanya sebagaimana yang telah Ia anugerahkan kepada para syuhada.</i><br />
<i><b>Meninggalkan dunia </b>adalah dengan cara<b> sedikit makan dan kenyang dan tidak suka dipuji orang.</b> Karena barangsiapa yang dipuji manusia, maka berarti ia lebih suka dunia dengan segala kenikmatannya.</i><br />
<i>Dan barangsiapa yang ingin mendapatkan <b>kenikmatan yang paling utama</b>, maka hendaklah ia <b>meninggalkan segala bentuk urusan dunia dan pujian dari manusia</b>."</i><br />
<br />
Disamping itu, Ibnu Majah juga telah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda sebagai berikut :<br />
<br />
<i>"Barangsiapa yang ingin <b>mendapatkan akhirat</b>, maka Allah akan menambah kekuatannya, dan menjadikannya <b>kaya hati</b> dan <b>duniapun </b>akan <b>mengikutinya </b>dengan sendirinya.</i><br />
<i>Dan barangsiapa yang berniat untuk <b>mendapatkan dunia</b>, maka Allah pun akan <b>memberatkan </b>segala <b>urusannya</b>, dan menjadikannya kefakiran (selalu terbayang) diantara kedua matanya, dan <b>tidak mendapatkan </b>apa yang <b>diinginkan </b>di dunia, melainkan apa yang telah di<b>tentukan </b>untuknya."</i><br />
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01272458515361123558noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6313105023493318533.post-62162063980696703032012-12-09T22:34:00.000+07:002012-12-09T22:34:36.508+07:00[2] 26. Kufur Nikmat dan Berteman dengan Orang Bodoh<br />
Dikatakan oleh sebagian Hukama:<br />
<br />
<i>"<b>Kufur nikmat</b> itu merupakan <b>kehinaan </b>dan <b>berteman</b> dengan <b>orang</b> yang <b>bodoh</b> itu adalah merupakan bentuk <b>kesialan</b>."</i><br />
<br />
Orang yang <b>tidak mau mensyukuri</b> segala apa yang telah dianugerahkan oleh Allah atas dirinya, itu menunjukkan bahwa dirinya adalah <b>orang yang hina</b>, demikian halnya bersahabat dengan orang yang bodoh, yaitu orang yang tidak dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya, meskipun sebenarnya ia tahu akan kesalahannya.<br />
<br />
Dalam hal ini, Ath Thabrani meriwayatkan dari Basyir, bahwa Rasulullah saw. bersabda :<br />
<i>"Hendaklah kamu tidak berteman dengan orang yang <b>bodoh</b>."</i><br />
<br />
Memutuskan hubungan dengan orang yang tidak bermanfaat, <b>maksudnya</b> adalah tidak berteman dengan orang-orang yang <b>berakhlak jelek</b> (tidak memiliki tata krama) dengan tujuan menghindari kejelekan perangainya, karena <b>perangai</b> (watak) seseorang itu lambat laun akan <b>berpengaruh</b> juga pada orang-orang yang berada di <b>dekatnya</b>.<br />
<br />
Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi dari Ibnu Umar ra. bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad saw. bersabda:<br />
<br />
<i>"<b>Dua perkara</b>, yang barangsiapa dapat <b>memiliki keduanya</b>, maka Allah akan mencatatnya sebagai orang yang ahli <b>syukur </b>dan <b>sabar</b>. Dan barangsiapa yang <b>tidak</b> dapat <b>memiliki keduanya</b>, maka Allah akan mencatatnya sebagai orang yang <b>tidak tahu balas budi</b> (tidak tahu terima kasih) dan <b>tidak sabar</b>.</i><br />
<i><br /></i>
<i>Barangsiapa yang selalu membanding-bandingkan <b>kualitas agamanya</b> dengan orang yang berkualitas <b>lebih tinggi</b>, dan jika dalam masalah <b>duniawi</b> ia membandingkannya dengan orang yang <b>lebih rendah</b>, kemudian <b>memuji Allah</b> atas kelebihan yang dimilikinya itu, maka Allah akan mencatatnya sebagai orang yang <b>ahli syukur </b>dan<b> ahli sabar.</b></i><br />
<i><br /></i>
<i>Dan barangsiapa yang selalu membanding-bandingkan <b>kualitas agamanya</b> dengan orang yang <b>lebih rendah</b> dan membandingkan urusan <b>dunianya </b>dengan orang yang <b>lebih tinggi</b>, kemudian ia <b>merasa hina</b> karena tidak dapat menandingi kebesaran (kekayaan) orang tersebut, maka Allah mencatatnya sebagai orang yang tidak tahu terima kasih (tidak tahu sykur) dan tidak sabar."</i><br />
<br />
Hadits ini meliputi segala bentuk kebaikan.<br />
<div>
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01272458515361123558noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6313105023493318533.post-74358274099633807662012-12-09T09:49:00.000+07:002012-12-09T09:49:57.040+07:00[2] 25. Sadar akan Kekurangan dan Kelemahan Dirinya<br />
Dalam sebuah pernyataan telah diterangkan :<br />
<br />
<i>"Orang yang mau <b>menyadari </b>akan <b>kelemahan </b>yang ada pada <b>dirinya akan terpuji </b>selamanya dan mau <b>mengakui kekurangannya </b>itu merupakan <b>bukti diterimanya amal </b>perbuatannya (oleh Allah)."</i><br />
<br />
Mau mengakui segala kekurangan dan kelemahan yang ada pada dirinya menunjukkan tidak adanya sifat takabbur (sombong) dan congkak dalam dirinya.<br />
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01272458515361123558noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6313105023493318533.post-87420973309910196032012-12-08T22:15:00.001+07:002012-12-08T22:15:40.519+07:00[2] 24. Sumber Perbuatan Dosa dan Pokok segala Fitnah<br />
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw. sebagai berikut :<br />
<br />
<i>"<b>Sumber </b>dari segala perbuatan <b>dosa </b>itu adalah <b>cinta dunia</b>, dan <b>pokok </b>dari segala <b>fitnah </b>adalah <b>tidak </b>mau <b>membayar zakat </b>dan sepersepuluh dari hasil pertaniannya."</i><br />
<br />
Yang dimaksud dengan cinta dunia di sini adalah lebih menyukai segala bentuk kemewahan dunia daripada urusan akhirat.<br />
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01272458515361123558noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6313105023493318533.post-10665480427978924102012-12-08T08:39:00.000+07:002012-12-08T08:39:11.468+07:00[2] 23. Tanda-tanda Makrifat dan Adanya Kehidupan<br />
Sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian hukama berikut ini :<br />
<br />
<i>"Perbuatan seseorang dalam melakukan <b>ketaatan</b> <b>itu</b> <b>menunjukkan</b> <b>adanya</b> <b>makrifat</b> (dalam dirinya), sebagaimana gerakan badan menunjukkan adanya kehidupan."</i><br />
<br />
<b>Makrifat </b>adalah <b>mengenal Zat Allah</b> lebih dekat dengan segala bentuk keagungan, kebesaran dan kekuasaan-Nya. Apabila seorang hamba berbuat ketaatan kepada Allah, maka hal itu menunjukkan tentang adanya pengetahuan tentang zat Allah dalam dirinya. Dan apabila semakin banyak dalam berbuat ketaatan, maka semakin dalam pula pengetahuannya akan zat Allah.<br />
<br />
Sebaliknya, apabila ia <b>jarang</b> dalam berbuat <b>ketaatan</b>, maka berarti <b>tidak ada kemakrifatan</b> dalam dirinya. Karena <b>perbuatan lahir</b> itu merupakan <b>cermin</b> dari <b>sikap batinnya</b>.<br />
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01272458515361123558noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6313105023493318533.post-62649716660229646082012-12-06T12:00:00.000+07:002012-12-06T12:00:01.131+07:00[2] 22. Mendekatkan Diri kepada Allah dan Menjauhkan Diri dari Manusia<br />
Sebagaimana pernyataan berikut ini :<br />
<br />
<i>"Barangsiapa yang<b> merasa dekat kepada Allah</b> lantaran telah berbuat <b>ketaatan</b>, maka ia akan <b>merasa asing </b>d<b>ari lingkungan manusia</b>."</i><br />
<br />
Orang yang mampu merasakan kenikmatan beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah swt maka ia tidak lagi merasa nyaman hidup bersama manusia.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01272458515361123558noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6313105023493318533.post-56597112039743649382012-12-06T08:50:00.001+07:002012-12-06T08:50:14.519+07:00[2] 21. Pandai Cendekia dan Orang yang Bodoh<br />
Sebagaimana yang diterangkan dalam pernyataan berikut :<br />
<br />
<i>"Tida pengasingan bagi orang yang pandai dan tiada tanah air bagi orang yang bodoh"</i><br />
<br />
Orang yang mulia adalah orang yang pandai (berilmu) dan senang beramal, ia selalu disanjung dan dihormati orang lain dimanapun ia berada, karena selalu dinanti dan diperlukan kehadirannya. Karenanya, meskipun ia tinggal di negeri orang lain, ia tetap merasa tinggal dirumahnya sendiri. Sedangkan orang yang bodoh, akan merasakan kebalikannya.<br />
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01272458515361123558noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6313105023493318533.post-62572743121992125092012-12-05T12:56:00.000+07:002012-12-05T12:56:10.809+07:00[2] 20. Cara-cara untuk Menyempurnakan Akal<br />
Sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah pernyataan berikut ini :<br />
<br />
<i>"<b>Kesempurnaan akal</b> itu <b>dapat diraih</b> dengan cara <b>mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya</b>."</i><br />
<br />
Oleh sebab itu, mengembangkan akal dengan cara yang bertentangan dengan cara-cara tersebut di atas, maka berarti sama juga dengan bohong (artinya, tidak akan bertambah baik, justru sebaliknya akan menjadi hancur).<br />
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01272458515361123558noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6313105023493318533.post-23959929052643428932012-12-04T11:19:00.000+07:002012-12-05T12:58:48.700+07:00[2] 19. Mentaati Perintah Allah dan Menjauhi Larangan-Nya<br />
<br />
Berdasarkan firman Allah yang telah diturunkan-Nya kepada sebagian Nabi sebagai berikut :<br />
<br />
<i>"<b>Taatlah </b>kamu sekalian kepada <b>perintah-Ku </b>dan <b>janganlah </b>kamu <b>mendurhakai </b>apa yang telah Aku <b>nasihatkan</b> (kepadamu)."</i><br />
<br />
Di dalam perintah Allah terdapat petunjuk ke jalan yang lebih baik dan di dalam larangan-Nya tersimpan makna ke arah kehancuran.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01272458515361123558noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6313105023493318533.post-84646974250885612872012-12-03T09:19:00.004+07:002012-12-05T12:59:05.893+07:00[2]. 18. Hati yang Lembut dan Pikiran yang Jernih<br />
Sebagaimana pernyataan berikut :<br />
<br />
<i>"Barangsiapa mau <b>meninggalkan</b> perbuatan <b>dosa</b>, maka <b>hatinya </b>akan menjadi <b>lembut</b>, dan barangsiapa yang <b>meninggalkan </b>perbuatan yang telah <b>diharamkan </b>(oleh Allah) dan memakan <b>makanan </b>yang <b>halal</b>, maka menjadi <b>jernihlah pikirannya</b>."</i><br />
<br />
Hati yang lembut adalah hati yang dapat <b>menerima nasihat </b>agama dengan <b>mudah </b>dan mau <b>mematuhinya</b>, serta menjalankannya dengan penuh <b>kekhusyukan</b>. Sedangkan <b>pikiran</b> yang <b>jernih </b>adalah pikiran yang selalu dipergunakan untuk <b>memikirkan </b>keagungan ciptaan Allah dan <b>meyakini </b>bahwa Allah itu Maha Kuasa, yang salah satu kekuasaan-Nya adalah membangkitkan kembali orang yang sudah mati.<br />
<br />
Keyakinan tersebut dapat diperoleh dengan merenungkan kejadian manusia melalui akal dan pikiran, bahwa Allah telah menciptakan manusia dari setetes air mani yang menyatu di dalam rahim ibunya, lalu berubah menjadi segumpal darah, kemudian menjadi segumpal daging, lalu berubah menjadi tulang, otot, saraf sampai terbentuklah telinga, mata serta anggota badan lainnya. Disamping itu, Allah juga memberikan jalan keluar dari rahim ibunya, serta memberitahukan bagaimana caranya menyusui bayi. Bayi yang baru lahir itu dalam keadaan tidak bergigi, kemudian dengan kehendak-Nya akhirnya tumbuhlah gigi-giginya tersebut dan menanggalkannya ketika dalam usia 7 tahun, kemudian ditumbukan kembali dalam waktu yang lain.<br />
<br />
Allah menjadikan manusia mulai dari kecil menjadi dewasa, kemudian menjadi orangtua. Dan dari sehat menjadi sakit. Dan Dia pulalah yang menidurkan seluruh mahluk-Nya pada malam hari dan membangunkannya pada siang hari dan itu terjadi setiap hari. Rambut dan kuku dapat rontok, kemudian tumbuh kembali. Begitu juga dengan silih bergantinya antara siang dan malam sebagai akibat dari peredaran matahari dan bulan. Setiap bulannya, bulan terbenam dan muncul dengan sempurna dan ketika terjadi gerhana sinar matahari menghilang berubah menjadi kegelapan. Dan dari tanah yang basah Allah menumbukan tanaman.<br />
<br />
Berdasarkan kenyataan itu semua, maka jelaslah bahwa Allah itu Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang dapat menghidupkan segala sesuatu yang telah mati dan hancur di dalam kbuur. Oleh sebab itu, bagi hamba-hamba Allah (yang beriman) <b>wajib memperbanyak tafakur </b>kepada Allah guna mempertebal keyakinan bahwa masih ada lagi kehidupan setelah berada di alam kubur. Disamping itu, harus mengakui akan adanya hari kebangkitan dan perhitungan amal selama hidup di dunia. Walhasil, berdasarkan kadar iman yang dimilikikan, seorang hamba akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk senantiasa menjunjung tinggi segala yang diperintahkan Allah swt dan menjauhi segala larangan-Nya.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01272458515361123558noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6313105023493318533.post-37472572135715752692012-12-01T06:28:00.003+07:002012-12-05T12:59:22.716+07:00[2] 17.Akal dan Hawa Nafsu<br />
Dalam sebuah pernyataan telah disebutkan sebagai berikut :<br />
<br />
<i>"<b>Berbahagialah</b> orang yang selalu dalam <b>bimbingan akalnya</b> dan <b>hawa nafsunya</b> selalu dalam <b>kendalinya</b>. Dan <b>celakalah</b> orang yang selalu <b>dikendalikan</b> oleh <b>hawa nafsunya</b> sedang <b>akalnya</b> diam <b>terkekang</b>."</i><br />
<br />
Orang yang mengutamakan akal daripada hawa nafsunya, maksudnya adalah orang yang selalu mengikuti kehendak akalnya yang lurus, sementara nafsunya enggan melakukan segala apa yang telah dilarang oleh Allah swt, yaitu perbuatan yang bertentangan dengan syara'.<br />
<br />
Sedangkan orang yang dikendalikan oleh hawa nafsunya sementara akalnya terkekang, maksudnya adalah orang yang akalnya tidak lagi berfungsi untuk bertafakkur kepada Allah dan lebih mengutamakan kehendak hawa nafsunya.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01272458515361123558noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6313105023493318533.post-32053099070934012842012-11-30T13:05:00.002+07:002012-12-05T12:59:34.967+07:00[2] 16. Syahwat dan Kesabaran<br />
Sebagaimana diterangkan dalam sebuah pernyataan berikut ini :<br />
<br />
<i>"Sesungguhnya <b>syahwat </b>itu dapat <b>menurunkan derajat</b> seorang raja menjadi budak. Dan k<b>e</b>sabaran itu dapat <b>mengangkat derajat </b>seorang pembantu menjadi raja, tidakkah anda mengetahui kisah Nabi Yusuf as dan Zulaikha?"</i><br />
<br />
Syahwat itu adalah keinginan dan kecintaan, padahal <b>orang yang cinta terhadap sesuatu itu</b> <b>akan menjadi budak apa yang dicintainya itu</b>. Sedangkan kesabaran itu adalah ketabahan, yang dengan kesabarannya itu seseorang akan dapat mencapai apa yang dicita-citakannya.<br />
<br />
Dalam kisahnya, Zulaikha seorang permaisuri raja tertarik kepada Nabi Yusuf as. seorang pembantu, tapi dengan penuh kesabaran Nabi Yusuf as dapat mengatasi segala bujuk rayu dan tipu muslihat Zulaikha. Dan pada akhirnya, Nabi Yusuf as. yang semula hanya seorang pembantu itupun dapat menjadi raja.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01272458515361123558noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6313105023493318533.post-61551468326995480642012-11-29T12:43:00.000+07:002012-12-05T12:59:54.122+07:00 [2] 15. Lisan dan Hati<br />
Diriwayatkan dari <b>Abu Bakar Ash Shiddiq ra</b> mengenai tafsiran ayat berikut ini :<br />
<br />
<i>"Telah nampak kerusakan di daratan dan di lautan, akibat perbuatan jahil tangan-tangan manusia sendiri."</i><br />
<br />
Dimana beliau menyatakan :<br />
<i>"<b>Daratan adalah lisan, sedangkan lautan adalah hati</b>. Maka apabila lisan telah rusak, maka manusiapun akan menangisinya. Dan apabila hatinya yang rusak, maka Malaikat yang akan menangisinya."</i><br />
<br />
<b>Rusaknya lisan</b> adalah seperti <b>melaknat </b>(berbicara kotor) dan <b>rusaknya hati </b>adalah seperti <b>menyombongkan </b>diri (pamer).<br />
<br />
Dalam sebuah pernyataan diterangkan, bahwa hikmah dari diciptakannya lidah itu tidak lain hanyalah untuk mengingatkan hamba-hamba Allah agar jangan sampai mengucapkan sesuatu kecuali masalah yang penting dan bermanfaat. Dalam pendapat yang lain diterangkan bahwa segala bentuk ucapan dzikir tujuannya tidak lain hanyalah untuk mengingat Allah Yang Maha Esa. Begitu juga dengan hati, ia diciptakan hanya sendirian, sedangkan mata dan telinga diciptakan dalam keadaan berpasangan. Selain daripada itu, ada pula pendapat lain yang mengatakan bahwa kebutuhan pendengaran dan penglihatan itu lebih banyak daripada kebutuhan lisan.<br />
<br />
Lautan digambarkan dengan hati, karena sama-sama sangat dalam dan luas.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01272458515361123558noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6313105023493318533.post-22272925997776314182012-11-28T08:57:00.000+07:002012-12-05T13:00:16.630+07:00[2] 14. Orang yang Dangkal Pengetahuannya dan yang Belum Mengenal Dirinya<br />
Sebagaimana yang diterangkan dari sebagian hukama berikut ini :<br />
<br />
<i>"Barangsiapa mengira, bahwa <b>penolongnyalah yang lebih kuat</b> <b>dari Allah</b>, maka sedikit sekali pengetahuannya tentang Dzat Allah swt. Dan barangsiapa mengira bahwa <b>musuhnya itu lebih kejam</b> <b>dari nafsunya</b>, maka berarti pengetahuan tentang dirinya sendiri hanyalah sedikit."</i><br />
<br />
Barangsiapa menyangka bahwa ada penolong lain selain Allah swt yang lebih dekat kepada dirinya dan lebih banyak pertolongannya, maka berarti ia <b>jauh </b>dari Allah (karena tidak mengetahui-Nya). Adapun orang yang tidak memahami akan kekuatan (keganasan) hawa nafsunya sendiri yang selalu membimbingnya ke dalam perbuatan dosa, berarti ia tidak menyadari bahwa musuhnya yang <b>paling jahat</b> itu sebenarnya adalah <b>nafsunya</b> <b>sendiri</b>.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01272458515361123558noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6313105023493318533.post-46068901613798496652012-11-27T08:44:00.001+07:002012-12-05T13:00:26.540+07:00[2] 13. Keinginan Ahli Makrifat dan Ahli ZuhudSebagaimana yang diterangkan dalam sebuah pernyataan berikut ini :<br />
<br />
<i>"Keinginan <b>ahli makrifat</b> itu adalah <b>memuji</b>,sedang keinginan <b>ahli zuhud</b> itu adalah <b>berdoa</b>, kerena keinginan orang yang arif adalah untuk mendapatkan pahala Allah, sedang orang yang zuhud adalah kemanfaatan dirinya."</i><br />
<br />
Orang yang <b>arif</b> menghabiskan hari-harinya untuk mengagungkan sifat-sifat Allah swt. Sedang orang yang <b>zuhud </b>(meninggalkan segala bentuk urusan dunia), itu selain berdoa, ia juga senantiasa mendekatkan dirinya kepada Allah demi untuk mendapatkan kebaikan dari-Nya.<br />
<br />
Orang yang arif tidak pernah memikirkan pahala dan surga yang akan didapatnya, ia hanya memikirkan tentang keagungan Tuhannya. Sedang orang yang zuhud itu selalu mencari untuk kemaslahatan dirinya sendiri, yaitu pahala dan surga. Jadi, perbedaan antara keduanya itu, jika zuhud tujuannya tidak lain bagaimana caranya ia bisa mendapatkan bidadari. Sedangkan tujuan orang yang arif itu adalah bagaimana caranya agar ia terhindar dari segala bentuk penghalang (tirai).Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01272458515361123558noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6313105023493318533.post-37349837293893044022012-11-26T06:21:00.001+07:002012-12-05T13:00:48.951+07:00[2] 12. Dosa yang Ringan dan Dosa yang Berat<h4>
Nab Muhammad saw. bersabda :</h4>
<br />
<i>"Dosa yang ringan janganlah dianggap ringan jika dikerjakan terus-menerus dan dosa yang berat itu jangan dianggap besar bila selalu disertai memohon ampunan (kepada Allah)."</i><br />
<br />
Dosa yang ringan itu akan menjadi besar, jika hatinya tetap berkehendak untuk mengerjakannya terus-menerus, karena niat untuk berbuat maksiat itu pun termasuk dosa yang tersendiri. Dan dosa yang berat itu jangan dianggap besar, jika selalu memohon ampunan kepada Allah swt atas dosa-dosanya itu sendiri. Maksudnya. bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya sesuai dengan syaratnya. Taubat itu dapat menghapuskan dosa, meskipun telah mencapai langit.<br />
<br />
Hadits tersebut diatas diriwayatkan oleh Imam Ad Dailani yang bersumber dari Ibnu Abbas dengan susunan kalimat yang akhir daripada kalimat yang awal.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01272458515361123558noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6313105023493318533.post-78071652020123050002012-11-25T22:03:00.003+07:002012-12-05T13:00:58.935+07:00[2] 11. Larangan Menganggap Ringan Dosa KecilDiriwayatkan dari sebagian Hukama sebagai berikut :<br />
<br />
<i>"<b>Janganlah</b> kalian menganggap ringan dosa-dosa kecil, karena sesungguhnya dari situlah <b>lahirnya</b> dosa-dosa besar."</i><br />
<br />
Bahkan kemurkaan (azab) Allah itu pun kadan-kadang ditimpakan karena <b>sebab</b> <b>dosa kecil</b>.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01272458515361123558noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6313105023493318533.post-74096541865391390722012-11-25T02:10:00.002+07:002012-12-05T13:01:23.241+07:00[2] 10. Bangga dengan Kesalahan dan Bersedih dengan KetaatanSebagaimana yang diriwayatkan oleh sebagian ahli Zuhud berikut ini :<br />
<br />
<i>"Barangsiapa yang merasa <b>bangga </b>dengan perbuatan <b>dosanya</b>, maka Allah akan melemparkannya ke dalam <b>neraka</b> dalam keadaan <b>ketakutan</b>. Dan barangsiapa <b>bersedih</b> (khawatir) terhadap <b>ketaatan</b> yang dilakukannya, maka Allah akan memasukannya ke dalam <b>Surga</b> dalam keadaan <b>bahagia</b>."</i><br />
<br />
Ahli Zuhud adalah orang-orang yang mebuang jauh-jauh (tidak mementingkan lagi) segala urusan duniawi. Mereka memanfaatkan dunia hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhannya saja, tidak lebih.<br />
<br />
Hadits tersebut di atas menunjukkan bahwa barangsiapa yang merasa bangga dengan berbuat dosa, merasa senang dengan perbuatannya itu meskipun harus menanggung dosanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka, sedang ia dalam keadaan sangat ketakutan. Karena ia seharusnya bersedih dan menyesali perbuatannya itu seraya memohon ampun kepada Allah swt. agar dosanya diampuni.<br />
<br />
Dan barangsiapa yang berbuat ketaatan disertai perasaan sedih karena takut kepada Allah karena telah meremehkan apa yang telah diwajibkan-Nya, maka ia akan memasuki surga dengan penuh kebahagiaan. Orang yang seperti ini berarti ia telah melakukan dua kebajikan, yaitu ketaatan itu sendiri dan penyesalannya atas dosa yang telah diperbuatnya.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01272458515361123558noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6313105023493318533.post-37705672976789083932012-11-23T06:43:00.002+07:002012-12-05T13:01:40.161+07:00[2] 9. Memperturutkan Hawa Nafsu dan Takabbur (sombong)<h4>
Dari Sufyan Ats-Tsauri ra. berkata :</h4>
<br />
<i>"Setiap perbuatan <b>maksiat</b> yang muncul akibat dorongan <b>hawa nafsu</b>, itu masih <b>dapat diharapkan</b> ampunannya. Tetapi setiap <b>kedurhakaan</b> yang muncul karena adanya rasa <b>takabbur</b> (sombong), maka <b>jangan diharap</b> ampunannya. Karena kedurhakaan iblis itu timbul dari adanya sifat takabbur, sedangkan kesalahan Adam as. itu adalah karena memperturutkan hawa nafsu."</i><br />
<br />
Sufyan Ats-Tsauri adalah <b>maha guru</b> dari Imam Malik ra. Hadis tersebut di atas menunjukkan bahwa setiap perbuatan maksiat yang muncul akibat dorongan hawa nafsu, misalnya adanya keinginan untuk melakukan sesuatu, maka hal itu masih dapat diampuni. Sebaliknya, kemaksiatan yang muncul akibat dari rasa takabbur, maka tidak ada harapan lagi untuk dapat diampuni. Karena kemaksiatan yang terjadi dari adanya rasa takabbur itu berawal dari Iblis Laknatullah, ia merasa lebih baik daripada junjungan Nabi kita Adam as. Sedangkan kesalahan junjungan Nabi kita Adam as itu sebagai akibat dari dorongan hawa nafsu untuk merasakan sesuatu, yaitu keinginan untuk merasakan lezatnya buah dari pohon yang dilarang oleh Allah swt.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01272458515361123558noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6313105023493318533.post-91968389032012577412012-11-22T06:11:00.001+07:002012-12-05T13:01:55.960+07:00[2] 8. Ketakwaan dan Duniawi<h4>
Dari Al-A'masyi ra:</h4>
<br />
<i>"Barangsiapa yang bermodal <b>takwa</b>, maka lidahnya akan menjadi kaku untuk menyebutkan <b>keuntungan </b>agamanya, dan barangsiapa bermodal <b>dunia</b>, maka lidahnya juga tidak akan sanggup menghitung <b>kerugian </b>agamanya."</i><br />
<br />
Orang yang selalu berpegang teguh pada ketakwaan, menjunjung tinggi perintah Allah dan menjauhi segala bentuk kedurhakaan, serta berbuat sesuai tuntunan syariah, maka ia akan mendapatkan kebajikan yang sangat besar sekali. Sedangkan orang-orang yang berbuat di luar tuntunan syariah, maka ia akan mendapatkan kerugian yang sangat besar pula, sehingga tak terhitung jumlahnya.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01272458515361123558noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6313105023493318533.post-88125629675481342142012-11-21T06:35:00.000+07:002012-12-05T13:03:30.491+07:00[2] 7. Orang yang Mulia dan Orang yang Bijaksana<h4>
Dari Yahya bin Mu'adz ra :</h4>
<div>
<i>"Orang yang <b>mulia</b> tidak akan berbuat <b>durhaka</b> kepada Allah dan orang yang <b>bijaksana</b> tidak akan mengutamakan <b>dunia</b> daripada <b>akhirat</b>."</i></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Orang yang mulia adalah orang yang berakhlakul karimah, yang memuliakan dirinya dengan cara meningkatkan ketakwaan dan kewaspadaan dalam menghadapi maraknya kemaksiatan.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Adapun yang dimaksud dengan orang yang bijaksana itu adalah orang yang tidak mengutamakan kemewahan dunia dan yang menahan nafsunya dari segala bentuk perbuatan yang bertentangan dengan nuraninya.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/01272458515361123558noreply@blogger.com0