Jumat, 30 November 2012

[2] 16. Syahwat dan Kesabaran


Sebagaimana diterangkan dalam sebuah pernyataan berikut ini :

"Sesungguhnya syahwat itu dapat menurunkan derajat seorang raja menjadi budak. Dan kesabaran itu dapat mengangkat derajat seorang pembantu menjadi raja, tidakkah anda mengetahui kisah Nabi Yusuf as dan Zulaikha?"

Syahwat itu adalah keinginan dan kecintaan, padahal orang yang cinta terhadap sesuatu itu akan menjadi budak apa yang dicintainya itu. Sedangkan kesabaran itu adalah ketabahan, yang dengan kesabarannya itu seseorang akan dapat mencapai apa yang dicita-citakannya.

Dalam kisahnya, Zulaikha seorang permaisuri raja tertarik kepada Nabi Yusuf as. seorang pembantu, tapi dengan penuh kesabaran Nabi Yusuf as dapat mengatasi segala bujuk rayu dan tipu muslihat Zulaikha. Dan pada akhirnya, Nabi Yusuf as. yang semula hanya seorang pembantu itupun dapat menjadi raja.

Kamis, 29 November 2012

[2] 15. Lisan dan Hati


Diriwayatkan dari Abu Bakar Ash Shiddiq ra mengenai tafsiran ayat berikut ini :

"Telah nampak kerusakan di daratan dan di lautan, akibat perbuatan jahil tangan-tangan manusia sendiri."

Dimana beliau menyatakan :
"Daratan adalah lisan, sedangkan lautan adalah hati. Maka apabila lisan telah rusak, maka manusiapun akan menangisinya. Dan apabila hatinya yang rusak, maka Malaikat yang akan menangisinya."

Rusaknya lisan adalah seperti melaknat (berbicara kotor) dan rusaknya hati adalah seperti menyombongkan diri (pamer).

Dalam sebuah pernyataan diterangkan, bahwa hikmah dari diciptakannya lidah itu tidak lain hanyalah untuk mengingatkan hamba-hamba Allah agar jangan sampai mengucapkan sesuatu kecuali masalah yang penting dan bermanfaat. Dalam pendapat yang lain diterangkan bahwa segala bentuk ucapan dzikir tujuannya tidak lain hanyalah untuk mengingat Allah Yang Maha Esa. Begitu juga dengan hati, ia diciptakan hanya sendirian, sedangkan mata dan telinga diciptakan dalam keadaan berpasangan. Selain daripada itu, ada pula pendapat lain yang mengatakan bahwa kebutuhan pendengaran dan penglihatan itu lebih banyak daripada kebutuhan lisan.

Lautan digambarkan dengan hati, karena sama-sama sangat dalam dan luas.

Rabu, 28 November 2012

[2] 14. Orang yang Dangkal Pengetahuannya dan yang Belum Mengenal Dirinya


Sebagaimana yang diterangkan dari sebagian hukama berikut ini :

"Barangsiapa mengira, bahwa penolongnyalah yang lebih kuat dari  Allah, maka sedikit sekali pengetahuannya tentang Dzat Allah swt. Dan barangsiapa mengira bahwa musuhnya itu lebih kejam dari nafsunya, maka berarti pengetahuan tentang dirinya sendiri hanyalah sedikit."

Barangsiapa menyangka bahwa ada penolong lain selain Allah swt yang lebih dekat kepada dirinya dan lebih banyak pertolongannya, maka berarti ia jauh dari Allah (karena tidak mengetahui-Nya). Adapun orang yang tidak memahami akan kekuatan (keganasan) hawa nafsunya sendiri yang selalu membimbingnya ke dalam perbuatan dosa, berarti ia tidak menyadari bahwa musuhnya yang paling jahat itu sebenarnya adalah nafsunya sendiri.

Selasa, 27 November 2012

[2] 13. Keinginan Ahli Makrifat dan Ahli Zuhud

Sebagaimana yang diterangkan dalam sebuah pernyataan berikut ini :

"Keinginan ahli makrifat itu adalah memuji,sedang keinginan ahli zuhud itu adalah berdoa, kerena keinginan orang yang arif adalah untuk mendapatkan pahala Allah, sedang orang yang zuhud  adalah kemanfaatan dirinya."

Orang yang arif menghabiskan hari-harinya untuk mengagungkan sifat-sifat Allah swt. Sedang orang yang zuhud (meninggalkan segala bentuk urusan dunia), itu selain berdoa, ia juga senantiasa mendekatkan dirinya kepada Allah demi untuk mendapatkan kebaikan dari-Nya.

Orang yang arif tidak pernah memikirkan pahala dan surga yang akan didapatnya, ia hanya memikirkan tentang keagungan Tuhannya. Sedang orang yang zuhud itu selalu mencari untuk kemaslahatan dirinya sendiri, yaitu pahala dan surga. Jadi, perbedaan antara keduanya itu, jika zuhud tujuannya tidak lain bagaimana caranya ia bisa mendapatkan bidadari. Sedangkan tujuan orang yang arif itu adalah bagaimana caranya agar ia terhindar dari segala bentuk penghalang (tirai).

Senin, 26 November 2012

[2] 12. Dosa yang Ringan dan Dosa yang Berat

Nab Muhammad saw. bersabda :


"Dosa yang ringan janganlah dianggap ringan jika dikerjakan terus-menerus dan dosa yang berat itu jangan dianggap besar bila selalu disertai memohon ampunan (kepada Allah)."

Dosa yang ringan itu akan menjadi besar, jika hatinya tetap berkehendak untuk mengerjakannya terus-menerus, karena niat untuk berbuat maksiat itu pun termasuk dosa yang tersendiri. Dan dosa yang berat itu jangan dianggap besar, jika selalu memohon ampunan kepada Allah swt atas dosa-dosanya itu sendiri. Maksudnya. bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya sesuai dengan syaratnya. Taubat itu dapat menghapuskan dosa, meskipun telah mencapai langit.

Hadits tersebut diatas diriwayatkan oleh Imam Ad Dailani yang bersumber dari Ibnu Abbas dengan susunan kalimat yang akhir daripada kalimat yang awal.

Minggu, 25 November 2012

[2] 11. Larangan Menganggap Ringan Dosa Kecil

Diriwayatkan dari sebagian Hukama sebagai berikut :

"Janganlah kalian menganggap ringan dosa-dosa kecil, karena sesungguhnya dari situlah lahirnya dosa-dosa besar."

Bahkan kemurkaan (azab) Allah itu pun kadan-kadang ditimpakan karena sebab dosa kecil.

[2] 10. Bangga dengan Kesalahan dan Bersedih dengan Ketaatan

Sebagaimana yang diriwayatkan oleh sebagian ahli Zuhud berikut ini :

"Barangsiapa yang merasa bangga dengan perbuatan dosanya, maka Allah akan melemparkannya ke dalam neraka dalam keadaan ketakutan. Dan barangsiapa bersedih (khawatir) terhadap ketaatan yang dilakukannya, maka Allah akan memasukannya ke dalam Surga dalam keadaan bahagia."

Ahli Zuhud adalah orang-orang yang mebuang jauh-jauh (tidak mementingkan lagi) segala urusan duniawi. Mereka memanfaatkan dunia hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhannya saja, tidak lebih.

Hadits tersebut di atas menunjukkan bahwa barangsiapa yang merasa bangga dengan berbuat dosa, merasa senang dengan perbuatannya itu meskipun harus menanggung dosanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka, sedang ia dalam keadaan sangat ketakutan. Karena ia seharusnya bersedih dan menyesali perbuatannya itu seraya memohon ampun kepada Allah swt. agar dosanya diampuni.

Dan barangsiapa yang berbuat ketaatan disertai perasaan sedih karena takut kepada Allah karena telah meremehkan apa yang telah diwajibkan-Nya, maka ia akan memasuki surga dengan penuh kebahagiaan. Orang yang seperti ini berarti ia telah melakukan dua kebajikan, yaitu ketaatan itu sendiri dan penyesalannya atas dosa yang telah diperbuatnya.

Jumat, 23 November 2012

[2] 9. Memperturutkan Hawa Nafsu dan Takabbur (sombong)

Dari Sufyan Ats-Tsauri ra. berkata :


"Setiap perbuatan maksiat yang muncul akibat dorongan hawa nafsu, itu masih dapat diharapkan ampunannya. Tetapi setiap kedurhakaan yang muncul karena adanya rasa takabbur (sombong), maka jangan diharap ampunannya. Karena kedurhakaan iblis itu timbul dari adanya sifat takabbur, sedangkan kesalahan Adam as. itu adalah karena memperturutkan hawa nafsu."

Sufyan Ats-Tsauri adalah maha guru dari Imam Malik ra. Hadis tersebut  di atas menunjukkan bahwa setiap perbuatan maksiat yang muncul akibat dorongan hawa nafsu, misalnya adanya keinginan untuk melakukan sesuatu, maka hal itu masih dapat diampuni. Sebaliknya, kemaksiatan yang muncul akibat dari rasa takabbur, maka tidak ada harapan lagi untuk dapat diampuni. Karena kemaksiatan yang terjadi dari adanya rasa takabbur itu berawal dari Iblis Laknatullah, ia merasa lebih baik daripada junjungan Nabi kita Adam as. Sedangkan kesalahan junjungan Nabi kita Adam as itu sebagai akibat dari dorongan hawa nafsu untuk merasakan sesuatu, yaitu keinginan untuk merasakan lezatnya buah dari pohon yang dilarang oleh Allah swt.

Kamis, 22 November 2012

[2] 8. Ketakwaan dan Duniawi

Dari Al-A'masyi ra:


"Barangsiapa yang bermodal takwa, maka lidahnya akan menjadi kaku untuk menyebutkan keuntungan agamanya, dan barangsiapa bermodal dunia, maka lidahnya juga tidak akan sanggup menghitung kerugian agamanya."

Orang yang selalu berpegang teguh pada ketakwaan, menjunjung tinggi perintah Allah dan menjauhi segala bentuk kedurhakaan, serta berbuat sesuai tuntunan syariah, maka ia akan mendapatkan kebajikan yang sangat besar sekali. Sedangkan orang-orang yang berbuat di luar tuntunan syariah, maka ia akan mendapatkan kerugian yang sangat besar pula, sehingga tak terhitung jumlahnya.

Rabu, 21 November 2012

[2] 7. Orang yang Mulia dan Orang yang Bijaksana

Dari Yahya bin Mu'adz ra :

"Orang yang mulia tidak akan berbuat durhaka kepada Allah dan orang yang bijaksana tidak akan mengutamakan dunia daripada akhirat."

Orang yang mulia adalah orang yang berakhlakul karimah, yang memuliakan dirinya dengan cara meningkatkan ketakwaan dan kewaspadaan dalam menghadapi maraknya kemaksiatan.

Adapun yang dimaksud dengan orang yang bijaksana itu adalah orang yang tidak mengutamakan kemewahan dunia dan yang menahan nafsunya dari segala bentuk perbuatan yang bertentangan dengan nuraninya.

Selasa, 20 November 2012

[2] 6. Ilmu dan Maksiat

Ali bin Abi Thalib ra. berkata :

"Barangsiapa mencari ilmu, maka surgalah yang dicari dan barangsiapa mencari maksiat, maka nerakalah yang dicari."

Maksudnya, barangsiapa yang sibuk mencari ilmu yang bermanfaat, yaitu pengetahuan-pengetahuan yang harus diketahui orang dewasa, maka pada hakikatnya dia tengah mencari surga dan ridho Allah. Sebaliknya, siapa yang ingin melakukan maksiat, pada hakikatnya dia ingin menuju neraka dan murka Allah.

Minggu, 18 November 2012

[2] 5. Gelisah Duniawi dan Ukhrowi

Dari Utsman ra. :

"Bingung memikirkan dunia akan menjadikan hati gelap, sedangkan bingung memikirkan akhirat akan menjadikan hati terang."

[2] 4. Umar dan Abu Bakar ra

Mengutip dari Syekh Abdul Mu'thi As-Samlawi, diriwayatkan dari Umar ra, sesungguhnya Nabi saw bertanya kepada Malaikat Jibril as. :

"Kemukakan kepadaku tentang kebaikan Umar, lalu Jibril menjawab: Andaikata lautan menjadi tintanya dan pohon-pohon menjadi penanya, niscaya aku tidak akan mampu menghitungnya. Lalu Nabi saw bertanya lagi kepadanya: Sekarang, kemukakanlah kebaikan Abu Bakar! Berkata Jibril: Umar adalah salah satu kebaikan dari beberapa kebaikan Abu Bakar."

Dalam hal ini dinyatakan sebagai berikut: "Keluhuran dunia dicapai dengan harta, sedang keluhuran akhirat dicapai dengan amal sholeh."

Urusan dunia tidak akan menjadi kuat dan maslahat melainkan dengan harta, seperti halnya urusan akhirat akan menjadi kuat dan maslahat hanya jika dicapai dengan amal sholeh.

Kamis, 15 November 2012

[2] 3. Masuk ke Kubur Tanpa Bekal, Laksana Mengarungi Lautan Tanpa Bahtera

Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. berkata:

Barangsiapa yang masuk ke kubur tanpa membawa bekal, maka seolah-olah ia mengarungi lautan tanpa bahtera."

Dia akan tenggelam dan tidak akan selamat, kecuali jika diselamatkan oleh Allah swt. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi saw: "Mayat di alam kuburnya, seperti orang yang tenggelam meminta pertolongan."

[2]. 2. Dekat dengan Ulama dan Memperhatikan Nasihat Hukama

Nabi saw bersabda :

"Hendaklah kalian bergaul dengan ulama dan mendengarkan ucapan hukama, karena Allah ta'ala menghidupkan kembali hati yang mati dengan cahaya hikmah, sebagaiman Dia menghijaukan tanah gersang dengan air hujan."

Hikmah adalah ilmu yang bermanfaat, sedang hukama adalah orang-orang ahli hikmah. Dalam hadis ini hukama ialah ahli hikmah yang mengerahui Dzat Allah ta'ala, selalu tepat ucapan dan perbuatannya.
Sedangkan ulama, adalah orang alim yang mengamalkan ilmunya.

Dalam riwayat Ath-Thabrani dari Abi Hanifah disebutkan: "Hendaklah kalian bergaul dengan para pemimpin, bertanyalah kalian kepada para ulama dan bergaulah kalian dengan hukama."

Menurut riwayat lain : "Bergaullah dengan ulama, bersahabatlah dengan hukama dan berkumpullah dengan kubaro."

Ulama itu terbagi tiga, yaitu :
1. Ulama, yaitu orang yang alim tentang hukum-hukum Allah swt, mereka berhak memberikan fatwa.
2. Hukama, yatu orang-orang yang mengetahui Dzat Allah saja. Bergaul dengan mereka membuat akhlak menjadi terdidik, karena dari hati mereka bersinar cahaya makrifat (mengenali Allah dan rahasia-rahasia) dan dari jiwa mereka membias keagungan Allah.
3. Kubaro, yaitu orang yang diberi anugrah keduanya.

Bergaul akrab dengan ahli Allah akan mendatangkan tingkah laku yang baik. Hal ini karena mengambil manfaat dengan pandangan itu lebih baik daripada dengan lisan. Jadi seorang yang pandangannya bermanfaat kepadamu, niscaya bermanfaat pula ucapannya bagimu. Sebaliknya, jika pandangannya tidak bermanfaat, maka tidak bermanfaat pula ucapannya.

As-Sahrawardi berkunjung ke sebagian mesjid Al-Khaif di Mina sambil memandang wajah orang-orang yang ada di sana. beliau ditanya oleh seseorang: Mengapa tuan memandang wajah orang-orang?
Beliau menjawab: Sesungguhnya Allah memiliki beberapa orang yang jika memandang orang lain maka akan mendatangkan kebahagian bagi yang dipandang dan aku mencari orang yang seperti itu.

Nabi saw bersabda: "Akan datang suatau zaman kepada umatku, mereka lari dari para ulama dan fuqoha, maka Allah akan menurunkan tiga macam bencana kepada mereka: Pertama, dicabut kembali berkah dari usahanya; kedua, Dia kuasakan penguasa zalim atas mereka; ketiga, mereka meninggal dunia tanpa membawa iman."

Rabu, 14 November 2012

[2] 1. Iman dan Kepedulian Sosial

Nabi saw bersabda : 

"Ada dua perkara yang tiada sesuatu pun melebihi keunggulannya, yaitu : Iman kepada Allah dan membuat manfaat untuk kaum muslimin."

Nabi saw bersabda : "Barangsiapa bangun di pagi hari tidak berniat aniaya kepada seseorang, maka diampuni dosanya yang dia perbuat. Dan barangsiapa bangun di pagi hari dengan niat menolong orang yang dianiaya dan mencukupi kebutuhan orang muslim, maka memperoleh pahala seperti pahala haji mabrur."

Nabi saw bersabda : "Hamba-hamba yang paling dicintai Allah ta'ala adalah orang yang paling bermanfaat untuk manusia, perbuatan yang paling utama ialah memasukkan (menghadirkan) rasa senang ke dalam hati orang mukmin berupa menghilangkan kelaparan, menyingkap kesulitan, dan membayar utangnya. Dan dua hal yang tiada sesuatu pun melebihi jahatnya ialah menyekutukan Allah dan mendatangkan bahaya kepada kaum muslimin."

Membahayakan orang-orang muslim dapat berupa membahayakan badan dan hartanya. Segala perintah Allah swt mengacu pada dua perkara, yaitu mengagungkan Allah swt dan kasih sayang kepada mahluk-Nya, sebagaimana firman Allah: "Tunaikanlah shalat dan bayarlah zakat".
Dan firmannya: "Hendaklah engkau bersyukur kepada-Ku dan berterima kasih kepada kedua orangtuamu."

Diriwayatkan dari Al-Qarni, beliau berkata: Aku berjumpa dalam suatu perjalanan dengan seorang pendeta, lalu aku bertanya kepadanya: Wahai Pendeta! Perkara apakah yang menaikan derajat seseorang?
Pendeta itu menjawab: Mengembalikan hak-hak orang lain yang dianiaya olehnya dan meringankan punggung dari tanggung jawab, karena amal perbuatan hamba tidak akan naik (ke sisi Tuhan), jika dia masih mempunyai tanggungan atau dia berbuat zalim.

Mukadimah Kitab [2]

Hadis kedua


Adalah hadis yang diijazahkan kepadaku oleh Al-Allamah As-Sayid Ahmad Al-Marshifi Al-Mishri, sebelumnya diijazahkan pula oleh Ay-Sayid Abdul Wahab bin Ahmad Farhat, bermahzab Syafii dari para guru beliau secara berurutan sampai kepada Abdullah bin Amr bin Al-Ash, dari Nabi saw. Beliau bersabda :
"Orang-orang yang penyayang itu akan dikasihi oleh Tuhan Yang Maha Penyayang, Maha Suci lagi Maha Tinggi. Sayangilah mahluk yang ada di bumi, niscaya kalian akan disayang oleh yang ada di langit."

Makna hadis ini ialah: Orang-orang yang menyayangi segenap mahluk di bumi, baik manusia maupun hewan yang dilindungi, yaitu memperlakukan mereka dengan perlakuan yang baik. Maka Allah akan menyayangi mereka yang melakukan perbuatan itu. Sayangilah semua mahluk Allah swt semampumu, walaupun mahluk tidak berakal dengan cara mengasihi dan mendoakan mereka memperoleh limpahan rahmat dan ampunan Allah. Dengan cara itu, kalian memperoleh kasih sayang para malaikat dan kasih sayang Allah yang justru limpahannya akan merata ke penduduk langit, di mana jumlahnya lebih banyak dari penduduk bumi. Seseorang tidak boleh mendoakan semua kaum muslimin, agar semua doa mereka diampuni atau mendoakan seorang yang fakir, agar memperoleh seratus dinar, sedangkan ia tidak mempunyai sarana untuk memperolehnya. Alasannya, bahwa hal tersebut merupakan kasih sayang terhadap sesama mahluk . Dan hal itu bertentangan dengan hukum syara'.

Imam Al-Ghazali pernah dimimpikan oleh seseorang, beliau ditanya: "Bagaimana perlakuan Allah terhadap tuan?" Beliau menjawab: "Allah swt membawaku ke hadapan-Nya, lalu Allah berfirman kepadaku: "Lantaran apa Aku membawamu ke sisi-Ku?" Aku pun menyebutkan berbagai perbuatanku. Dia berfirman: "Kami tidak menerimanya, sesungguhnya yang Kami terima darimu ialah pada suatu hari ada seekor lalat hinggap pada wadah tintamu untuk meminumnya, padahal kamu sedang menulis, lalu kamu menghentikan tulisanmu hingga lalat itu selesai minum, kamu lakukan itu karena kasihan terhadap lalat tersebut." Kemudian Allah memerintahkan: "Bawalah hamba-Ku ini ke surga."

Agar memperoleh husnul khotimah (kebaikan akhir hayat) dianjurkan membiasakan berdoa sebagai berikut:
"Ya Allah! Muliakanlah umat Muhammad ini dengan kebaikan pahala-Mu di dunia dan akhirat, sebagai penghormatan buat orang-orang yang menjadi umatnya."

Selain itu, ialah membiasakan membaca doa setelah shalat qabliyah Subuh, dengan doa sebagai berikut :
"Ya Allah, berikanlah ampunan bagi umat junjungan kami Nabi Muhammad saw.
Ya Allah, kasihanilah umat junjungan kami, Nabi Muhammad saw.
Ya Allah, tutuplah kejelakan umat junjungan kami Nabi Muhammad saw.
Ya Allah, perbaikilah keadaan umat junjungan kami Nabi Muhammad saw.
Ya Allah, baguskanlah umat junjungan kami Nabi Muhammad saw.
Ya Allah, sejahterakanlah umat junjungan kami Nabi Muhammad saw.
Ya Allah, jagalah umat junjungan kami Nabi Muhammad saw.
Ya Allah, kasihanilah umat junjungan kami Nabi Muhammad saw. dengan kasih sayang yang menyeluruh, wahai Tuhan semesta alam.
Ya Allah, ampunilah umat junjungan kami Nabi Muhammad saw. dengan ampunan yang menyeluruh, wahai Tuhan semesta alam.
Yallah, lapangkanlah jalan umat junjungan kami Nabi Muhammad saw. dengan kelapangan yang meluas, wahai Tuhan semesta alam.

Kemudian biasakanlah membaca doa sebagai berikut:
"Wahai Tuhan segala sesuatu, dengan kekuasaan-Mu atas segala sesuatu, ampunilah segala sesuatu yang ada padaku dan jangalah Engkau menanyakan kepadaku tentang segala sesuatu, janglah Engkau menghisabku tentang segala sesuatu dan berikanlah kepadaku segala sesuatu.

Selasa, 13 November 2012

Mukadimah Kitab [1]

Bismillahirrohmanirrohim, alhamdulillahi fii kulli hiinin, wa awqaat, wash sholaatu 'ala rosuulihi asyrofil kholqi wal bariyyaati

Bismillahirrohmanirrohim, disunahkan membaca basmalah disaat hendak mengerjakan semua pekerjaan yang tidak dipandang hina. Jika lupa membacanya pada permulaan pekerjaan, maka boleh membaca di tengah-tengahnya dengan bacaan : Bismillahi awwalahu wa akhirohu

Alhamdulillahi fii kulli hiinin, segala puji bagi Allah di setiap waktu, yakni segala waktu, baik yang berjangka pendek maupun panjang.

Wa awqaat, dan di setiap masa, yakni masa yang terbatas lamanya.

Wash sholaatu 'ala rosuulihi, salawat atau rahmat, yakni belas kasihan, baik dari Allah maupun selain-Nya, tercurahkan kepada Rosul-Nya saw yang diutus untuk semua mahluk.

Asyrofil kholqi, mahluk yang paling mulia, yang dimaksud mahluk adalah semua yang diciptakan oleh Allah berdasarkan kehendak-Nya dan  dituntut oleh hikmah-Nya.

Wal bariyyaati, dan semua hamba ciptaan Allah lainnya, yakni semua mahluk secara mutlak atau yang ada di bumi. Pada garis besarnya baginda kita, Nabi Muhammad saw adalah mahluk Allah yang paling utama secara mutlak.

Naskah di tangan anda ini memuat berbagai peringatan untuk bersiap diri menghadapi hari Kiamat. Di antara isinya, terdapat peringatan berdua, yaitu masing-masing terdiri dari 2 perkara, bertiga, sampai bersepuluh. Jumlah seluruh makalah ada 214, terdiri dari 45 Khabar (hadis Nabi saw) selebihnya atsar (perkataan para sahabat Nabi atau tabiin).

Terlebih dahulu, di sini kami akan memetik dengan mengemukakan 2 buah hadis yang mulia dan agung, yaitu :

Hadis Pertama

Sebagaimana diriwayatkan kepadaku oleh Al-Allamah Asy-Syekh Muhammad Al-Khatib Asy-Syami Al-Madani Al-Hambali, yaitu Ibnu Utsman bin Abbas bin Utsman, diterima dari para Syekh beliau dengan sanad muttasil (bersambung) sampai kepada Abu Dzar Al-Ghiffari ra, dari Rosulullah saw dalam sabdanya yang menceritakan firman Allah dalam hadis qudsi. Allah swt berfirman :

"Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan berbuat aniaya atas diri-Ku dan Aku haramkan pula perbuatan itu pada kalian, maka janganlah kalian saling aniaya.

Hai hamba-hamba-Ku! Sesungguhnya kalian semua sesat, selain orang yang Aku beri petunjuk. Maka mintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku akan memberi kalian petunjuk.

Hai hamba-hamba-Ku! Kalian semua lapar, selain kalian yang Aku beri makan. Maka mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku akan memberi kalian makan.

Hai hamba-hamba-Ku! Kalian semua tidak berpakaian, selain orang yang Aku beri pakaian. Maka mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku akan memberi kalian pakaian.

Hai hamba-hamba-Ku! Sesungguhnya kalian berbuat dosa di malam dan siang hari, sedang Aku mengampuni segala dosa, maka mintalah ampunan kepada-Ku, niscaya Aku akan memberi ampunan bagi kalian.

Hai hamba-hamba-Ku! Sesungguhnya kalian tidak akan mampu mendatangkan bahaya atas-Ku dan tidak pula mampu membawa manfaat bagi-Ku.

Hai hamba-hamba-Ku! Andaikan seorang di antara kalian berhati takwa sejumlah ketakwaan orang-orang dahulu dan sekarang, baik manusia maupun jin, maka semua itu tidak akan menambah sedikitpun pada kerajaan-Ku.

Hai hamba-hamba-Ku! Andaikan seorang di antara kalian berhati jahat sejumlah kejahatan orang-orang dahulu dan sekarang, baik manusia maupun jin, maka semua itu tidak akan mengurangi sedikitpun pada kerajaan-Ku.

Hai hamba-hamba-Ku! Andaikan yang awal sampai yang akhir, manusia dan jin, serempak berdiri di suatu tempat untuk memohon kepada-Ku dan Aku berikan pada tiap-tiap orang akan permintaannya, niscaya semua itu tidak akan mengurangi sedikitpun yang ada pada-Ku selain seperti sebuah jarum jahit dimasukkan ke lautan.

Hai hamba-hamba-Ku! Sesungguhnya semua itu adalah perbuatan kalian yang akan Aku perhitungkan untuk kalian, kemudian aku akan memberikannya dengan penuh kepada kalian. Maka, barangsiapa menemukan kebaikan bersyukurlah kepada Allah dan barangsiapa menemukan selain itu, janganlah mencela, kecuali pada dirinya sendiri."

(bersambung)

Minggu, 11 November 2012

Nashoihul 'Ibad Penuh Dengan Nasihat

Nashoihul 'Ibad berarti nasihat-nasihat bagi para hamba, adalah kitab karya Syekh Muhammad Nawawi bin Umar Al-Jawi atau yang lebih dikenal dengan sebutan Imam Nawawi Albantani rahimahullah (ra). Kitab ini berisikan hadis Nabi shollallahu 'alaihi wasallam (saw), ucapan para sahabat rodiallahu 'anhum (ra), dan ucapan para ulama dan solihin.

Dalam mukadimahnya, Syekh Nawawi ra menyebutkan bahwa kitab ini adalah sebuah syarah (penjelas) yang disiapkan beliau untuk menjelaskan sebuah kitab yang berisi berbagai nasihat, karangan Al-Allamah Al-Hafizh Syekh Syihabuddin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad Ast-Syafii, seorang ulama termasyhur dengan gelar Ibnu Hajar Al-Asqolani, kemudian Al-Mishri.

Kitab ini sangat masyhur (terkenal) di Indonesia karena hampir diajarkan ditiap-tiap pondok pesantren dan madrasah. Namun mungkin masih banyak di kalangan umum yang belum mengetahui isi kitab ini. Saya sudah pernah mencoba mencari diinternet tentang seluruh isi kitab ini namun belum ada yang mempostingnya secara utuh. Untuk itu saya mencoba untuk menuliskan seluruh isi kitabnya di web ini, karena alhamdulillah kebetulan saya sudah punya buku terjemahnya.

Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua di dunia dan akhirat, amiin...